Kamis, 18 November 2010

MAJAS

Majas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis [1].

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Jenis-jenis Majas

[sunting] Majas perbandingan

  1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
  2. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
  3. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dll.
  4. Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll.
  5. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
  6. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
  7. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
  8. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
  9. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
  10. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
  11. Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
  12. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
  13. Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
  14. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
  15. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
  16. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
  17. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
  18. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
  19. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
  20. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
  21. Perifrase: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
  22. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
  23. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
  24. Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

[sunting] Majas sindiran

  1. Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
  2. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
  3. Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
  4. Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
  5. Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

[sunting] Majas penegasan

  1. Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
  2. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
  3. Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
  4. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
  5. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
  6. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
  7. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
  8. Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
  9. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
  10. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
  11. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
  12. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
  13. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
  14. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
  15. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
  16. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
  17. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
  18. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
  19. Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
  20. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
  21. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
  22. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
  23. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
  24. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
  25. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

[sunting] Majas pertentangan

  1. Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
  2. Oksimoron: Paradoks dalam satu frase.
  3. Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
  4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
  5. Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.

MAJAS

Majas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis [1].

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Jenis-jenis Majas

[sunting] Majas perbandingan

  1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
  2. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
  3. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dll.
  4. Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll.
  5. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
  6. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
  7. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
  8. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
  9. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
  10. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
  11. Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
  12. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
  13. Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
  14. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
  15. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
  16. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
  17. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
  18. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
  19. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
  20. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
  21. Perifrase: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
  22. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
  23. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
  24. Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

[sunting] Majas sindiran

  1. Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
  2. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
  3. Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
  4. Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
  5. Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

[sunting] Majas penegasan

  1. Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
  2. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
  3. Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
  4. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
  5. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
  6. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
  7. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
  8. Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
  9. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
  10. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
  11. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
  12. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
  13. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
  14. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
  15. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
  16. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
  17. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
  18. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
  19. Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
  20. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
  21. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
  22. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
  23. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
  24. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
  25. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

[sunting] Majas pertentangan

  1. Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
  2. Oksimoron: Paradoks dalam satu frase.
  3. Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
  4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
  5. Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.

Selasa, 16 November 2010

CAUTION !

Para Ahli Astronomi Temukan Lubang Hitam Baru

Washington (ANTARA/Reuters) - Satu ledakan bintang pada 30 tahun yang lalu di dekat galaksi diduga menciptakan lubang hitam baru, demikian laporan para ahli astronomi, Senin.
Pengamatan yang dilakukan melalui sinar infra mengatakan supernova yang dijuluki SN 1979C merupakan lubang hitam yang sedang terbentuk, ujar sebuah regu ahli astronomi yang berasal dari Amerika Serikat dan Eropa.
"Jika perkiraan kami benar, itu merupakan contoh terdekat bagi pengamatan penciptaan sebuah lubang hitam," ujar seorang ahli Astrofisika dari Harvard-Smithsonian Center di Massachusetts, Daniel Patnaude, yang memimpin penelitian itu.
Seorang ahli astronomi amatir dari Maryland, Gus Johnson, menemukan supernova pada 1979 di tepi sebuah galaksi yang bernama M100, kemudian para ahli astronomi lain meneliti hal tersebut setelah penemuannya. Cahaya dan sinar infra dari pecahan telah memakan waktu selama 50 juta tahun untuk menuju ke bumi dengan kecepatan cahaya sebesar 300.000 kilometer per-detik atau sekitar 10 triliun kilometer per-tahunnya.
Pusat Pengamatan Sinar Infra Chandra milik NASA, Badan Antariksa Eropa XMM-Newton, dan Pusat Pengamatan Rosat milik Jerman telah menyaksikan bahwa itu memancarkan sumber sinar infra stabil yang terang.
Analisis sinar infra mendukung ide bahwa benda yang diamati merupakan lubang hitam dan itu juga akan menarik masuk benda yang jatuh dari sebuah supernova atau mungkin dari bintang kembar, ujar para ahli astronomi.
Para ilmuwan percaya bahwa lubang hitam dapat tercipta melalui beberapa cara yang dalam hal ini karena sebuah bintang yang berukuran sekitar 20 kali massa dari Matahari yang akan menjadi supernova dan kemudian meledak menjadi beberapa benda yang padat yang menghisap benda-benda di sekitarnya kedalam inti lubang hitam itu.

cahaya sebesar 300.000 kilometer per-detik atau sekitar 10 triliun kilometer per-tahunnya. Pusat Pengamatan Sinar Infra Chandra milik NASA, Badan Antariksa Eropa XMM-Newton, dan Pusat Pengamatan Rosat milik Jerman telah menyaksikan bahwa itu memancarkan sumber sinar infra stabil yang terang. Analisis sinar infra mendukung ide bahwa benda yang diamati merupakan lubang hitam dan itu juga akan menarik masuk benda yang jatuh dari sebuah supernova atau mungkin dari bintang kembar, ujar para ahli astronomi. Para ilmuwan percaya bahwa lubang hitam dapat tercipta melalui beberapa c

Jumat, 12 November 2010

KALIMAT IMPERATIVE

Imperative (kalimat perintah) 8 Agustus 2009

Posted by masdin in Level Dasar 2.
Tags: ,
trackback
Imperative digunakan untuk memberikan perintah atau anjuran. Sebagai contoh: “Come here! atau “Have a cookie”.
Imperative hampir selalu tidak memiliki subjek, dan orang kedua biasanya dijadikan sebagai subjek. Contoh “Come here!” menunjukkan subjek “(you)” Come here!
Berikut beberapa situasi dimana kita dapat menggunakan imperative.
Perintah
Close the door! - Stand up! - Sit down! - Open your books!
Instruksi
To make a cup of coffee (Untuk membuat segelas kopi):
  • Boil some water (didihkan air)
  • Put some coffee in a cup (masukkan kopi ke dalam gelas)
  • Add some water (tambahkan air)
  • Drink the coffee (minum kopimnya)
Arahan
To go to the bank (untuk pergi ke bank)
Turn left at Orchard Street, and then go straight (belok kiri di Jalan Mawar, dan kemudian lurus)
Penawaran dan ajakan
Have some tea
Come over to our house sometime.
Let’s
Kata kerja let sering digunakan sebagai imperative untuk memberikan anjuran yang kuat. Let’s merupakan singkatan dari let us. Misalnya:
  • Let’s go home (mari kita pulang)
  • Let’s watch a movie (mari kota nonton film).
Contoh penggunaan dalam percakapan
1) Be careful!
Why? What’s wrong?
You’re standing on my foot.
Oh, sorry.
2) Hello everybody. Please sit down and open your books.
Teacher, let’s play a game!
No, today we study. Open your books, and let’s start!
3) Tyler, the kitchen is really dirty!
Yea, I know.
So do the dishes now! And vacuum the floor!
Why don’t you do it?
I do it every day - now it’s your turn.
Oh, OK. You’re right, it’s my turn.
Thanks.
Your welcome.
Kosa kata baru:
Be careful = hati-hati
standing = berdiri
foot = kaki
everybody = semua orang (semuanya)
sit down = duduk
open = buka
game = permainan
Today = hari ini
start = memulai
dirty = kotor
dishes = piring
vacuum = vakum
floor = lantai
every day = setiap hari
turn = giliran

Bagi org Bokek , pengen nge.net GRATIS !

Aku punya tips n trik bwt yg lg bokek n mw browsing gratis.Kalian cuman perludownload Zhider. caranya-Pastikan...warnet kamu masih banyak kamar ygkosong.klorame ntar operator curiga-Baiknya kmu plih bilik pling jauh dr operator biar gak ktauan bilik kmu ksong/ga.-ada login screen, kmu login kaya biasa.-Jalanin ZHider, klo bsa dmasukin... flashdisc biar ga download lg. trus logout-mncul loginscreen, kmu tkan CTRL+ALT+ZDan login screennya ilang.Kmu bsa browsing sepuasnya-Klo dahpuas, kmu pencet CTRL+ALT+X>menampilkan kembali login screen yg ilang td.Loginseperti biasa, kmu browsing2 dulu sampai 10 menit.Tujuannya biar operator gacuriga.klo ktauan pra2 mukabego tnggal blng "loh kok gini ya!"klo ktahhuan jga, siap2 dipukulin masa ampe babak belur kwkwkwkkwkwkkwkkwkkwkwjgn dicoba bagi yg punya duit ya...kasian orng lg cari duit.....ini hanya utk orng yg lg bokek/kere....sekian...

JENIS'' TEKS B.INGGRIS

DEFINISI JENIS JENIS TEKS BAHASA INGGRIS (GENRE)

1. Analytical Exposition Text
Definition of Analytical Exposition
Exposition is a text that elaborates the writer‘s idea about the phenomenon surrounding. Its social function is to persuade the reader that the idea is important matter.
Generic Structure of Analytical Exposition
1. Thesis: Introducing the topic and indicating the writer’s position
2. Arguments: Explaining the arguments to support the writer’s position
3. Reiteration: Restating the writer’s position
Language Features of Analytical Exposition
  • Using relational process
  • Using internal conjunction
  • Using causal conjunction
  • Using Simple Present Tense

2. Hortatory Exposition Text
Definition of Hortatory Exposition
Hortatory exposition is a text which represent the attempt of the writer to have the addressee do something or act in certain way.
Generic Structure of Hortatory Exposition
1. Thesis
2. Arguments
3. Recommendation
Language Feature of Hortatory Exposition
1. Focusing on the writer
2. Using abstract noun; policy, advantage, etc
3. Using action verb
4. Using thinking verb
5. Using modal adverb; certainly, surely, etc
6. Using temporal connective; firstly, secondly, etc
7. Using evaluative words; important, valuable, trustworthy, etc
8. Using passive voice
9. Using simple present tense
3. Discussion Text
Definition of Discussion
Discussion is a text which present a problematic discourse. This problem will be discussed from different viewpoints. Discussion is commonly found in philosophical, historic, and social text.
Generic Structure of Discussion
Statement of issue; stating the issue which is to discussed
List of supporting points; presenting the point in in supporting the presented issue
List of contrastive point; presenting other points which disagree to the supporting point
Recommendation; stating the writer’ recommendation of the discourse
Language Feature of Discussion
Introducing category or generic participant
Using thinking verb; feel, hope, believe, etc
Using additive, contrastive, and causal connection; similarly, on the hand, however, etc
Using modalities; must, should, could, may, etc
Using adverbial of manner; deliberately, hopefully, etc
4. Narrative Text

Definition of Narrative

Narrative is a text focusing specific participants. Its social function is to tell stories or past events and entertain the readers.

Generic Structure of Narrative

A narrative text will consists of the following structure:
1. Orientation: Introducing the participants and informing the time and the place
2. Complication: Describing the rising crises which the participants have to do with
3. Resolution: Showing the way of participant to solve the crises, better or worse

Language Features of Narrative

 Using processes verbs
 Using temporal conjunction
 Using Simple Past Tense

5. Recount Text
Definition of Recount
Recount is a text which retells events or experiences in the past. Its purpose is either to inform or to entertain the audience. There is no complication among the participants and that differentiates from narrative
Generic Structure of Recount
1. Orientation: Introducing the participants, place and time
2. Events: Describing series of event that happened in the past
3. Reorientation: It is optional. Stating personal comment of the writer to the story
Language Feature of Recount
• Introducing personal participant; I, my group, etc
• Using chronological connection; then, first, etc
• Using linking verb; was, were, saw, heard, etc
• Using action verb; look, go, change, etc
• Using simple past tense
6. News Item Text
Definition of News Item
News item is a text which informs readers about events of the day. The events are considered newsworthy or important.
Generic Structure of News Item
1. Main event
2. Elaboration (background, participant, time, place)
3. Resource of information
Language Feature of News Item
1. Focusing on circumstances
2. Using material process
7. Report Text
Definition of Report
Report is a text which presents information about something, as it is. It is as a result of systematic observation and analysis
Generic Structure of Report
1. General classification: Stating classification of general aspect of thing; animal, public place, plant, etc which will be discussed in general
2. Description: Describing the thing which will be discussed in detail; part per part , customs or deed for living creature and usage for materials
Language Feature of Report
• Introducing group or general aspect
• Using conditional logical connection; when, so, etc
• Using simple present tense
8. Descriptive Text

The Definition and Purpose of Descriptive Text
Descriptive text is a text which say what a person or a thing is like. Its purpose is to describe and reveal a particular person, place, or thing.
The Generic Structure of Descriptive Text
Descriptive text has structure as below:
Identification; identifying the phenomenon to be described.
Description; describing the phenomenon in parts, qualities, or/and characteristics.
The Language Feature of Descriptive Text
Using attributive and identifying process.
Using adjective and classifiers in nominal group.
Using simple present tense.
9. Explanation Text
Definition and purposes of Explanation
Explanation is a text which tells processes relating to forming of natural, social, scientific and cultural phenomena. Explanation text is to say ‘why’ and ‘how’ about the forming of the phenomena. It is often found in science, geography and history text books.
Generic structure of Explanation
General statement; stating the phenomenon issues which are to be explained.
Sequenced explanation; stating a series of steps which explain the phenomena.
Language Feature of Explanation
Featuring generic participant; sun, rain, etc
Using chronological connection; to begin with, next, etc
Using passive voice pattern
Using simple present tense

10. Procedure Text

Definition of Procedure

Procedure is a text that show a process in order. Its social function is to describe how something is completely done through a sequence of series

Generic Structure of Procedure

1. Goal: showing the purpose
2. Material: Telling the needed materials
3. Step 1-end: Describing the steps to achieve the purpose

Language Feature of Procedure

 Using temporal conjunction
 Using action verb
 Using imperative sentence
 Using Simple Present Tense
11. Anecdote Text
Definition and Social Function of Anecdote
Anecdote is a text which retells funny and unusual incidents in fact or imagination. Its purpose is to entertain the readers.
Generic Structure of Anecdote
1. Abstract
2. Orientation
3. Crisis
4. Reaction
5. Coda
Language Feature of Anecdote
1. Using exclamation words; it’s awful!, it’s wonderful!, etc
2. Using imperative; listen to this
3. Using rhetoric question; do you know what?
4. Using action verb; go, write, etc
5. Using conjunction of time; then, afterward
6. Using simple past tense

PASSIVE VOICE

Passive Voice

Halo teman-teman kali ini kita akan belajar menegenai ' passive voice ' apa itu passive voice? Passive voice adalah mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif, yuk mari dilihat…..

Passive voice is a Passive construction occurs when you make the object of an action into the subject of a sentence. That is,whoever or whtever is performing the action is not grammatical subject of the sentence. Take a look at this passive rephrasing of a familiar joke

  • When rewritting active sentences in pasive voice note the following:
  • The object of the active sentences becomes the subject of the passive sentence
  • The finite form of the verb is changed (to be + past participle)
  • The subject of the active sentence becomes the object of the passive sentence( or is dropped )
       
    Simple present tenseWe take a noodleA noodle are taken by us
    Simple past We took a noodleA noodle was taken by us
    Simple futureWe will take a noodleA noodle will taken by us
    Present perfectWe has take a noodleA noodle has taken by us
    Past perfectWe had take a noodleA noodle had taken by us
    Going to futureWe are going to take a noodle on the tableA noodle are going to taken by us

     
In a passive clause, we usually use a phrase begining with by if we want to mention the agent – the person or thing that does the action, or that causes what happens.

Example:

S +verb1+s/es+ O+C(adv. Of time)

My brother makes fried rice every night

S+to be+verb3+agent+C(adv. Of time)

Fried rice is made by my brother every night

If you want change an active sentences which has two objects into passive forms, there are two ways :

Make its indirect object into the subject of the passive sentence

Make its direct object into the subject of the passive sentence

Example :

Torres is giving his girl friend
a flower

Passive:

The indirect object as the subject

Torres's girl friend is being given a flower

Passive:

The direct object as the subject

A flower is being given to Torres's girl friend

There are some rules that can help to make newspaper headlines more comprehensible.

  • The passive voice is used without the appropriate form of "be".
    Example: Town 'Contaminated'

    Complete Sentence: Town is contaminated.

    • It is unusual to find complex forms, generally the simple present form is used
      Example: Fire Destroys over 2,511 acres of Forest in 2003-2004

      Complete Sentence: Fire has destroyed over 2,511 acres of forest in 2003-2004.
    • The present progressive tense is used, usually to describe something that is changing or developing, but the auxiliary verb is usually left out.
      Example: World Heading for Energy Crisis

      Complete Sentence: The world is heading for an energy crisis.
    • To refer to the future, headlines often use the infinitive.
      Example: Queen to Visit Samoa.

      Complete Sentence: The Queen is going to visit Samoa.
    • Headlines are not always complete sentences.
      Example: More earthquakes in Japan.

      Complete Sentence: More earthquakes happened in Japan.

PR PKN (IX SMP)